Minggu, 01 Januari 2012

Tetrameres spp.


Penyebab (Agen)
Infeksi Tetrameres disebabkan oleh Tetrameres americana, Tetrameres fissispina ,Tetrameres crami, dan Tetrameres pattersoni.

Hewan Peka
Hewan yang peka terhadap Tetrameres adalah kelompok unggas liar (itik, angsa).

Host Definitif
Cacing Tetrameres berparasit pada ayam, kalkun, itik, sejenis ayam hutan, burung dara dan burung puyuh. Tetrameres fissispina merupakan cacing yang paling sering ditemukan pada itik, angsa, dan berbagai burung liar. Tetrameres crami dapat ditemukan pada itik, sedangkan Tetrameres pattersoni ditemukan pada burung puyuh. Sementara untuk Tetrameres americana dapat ditemukan pada ayam.

Host Intermediet
Tetrameres membutuhkan hospes perantara, yaitu sejenis belalang, kecoa, cacing tanah, dan amfipoda. Host intermediate dari Tetrameres crami adalah krustasea air (amfipoda) seperti Gammarus spp. , Daphnia spp. dan Hyalella spp. Host intermediet dari americana Tetrameres adalah belalang dan kecoa.
               
Siklus Hidup
Untuk perkembangan hidupnya, Tetrameres spp. memerlukan induk semang perantara. Telur bertunas dimakan oleh sejenis belalang (Melanopius femurubrum) atau (Melanopius differentialis) dan sejenis kecoa (Blotella germanica) yang dalam waktu 42 hari menjadi larva infektif di dalam tubuh serangga tersebut. Setelah termakan oleh unggas,larva akan terlepas dan tinggal di dalam perut kelenjar (proventrikulus). Dan dalam waktu beberapa hari tumbuh menjadi dewasa.

Deskripsi
Cacing jantan menyerupai benang dan putih, dengan spikulum yang tidak sama besar. Sementara cacing betina mempunyai tubuh merah, berbentuk kumparan atau bulat. Uterusnyan berkembang sangat besardan menempati hampir seluruh tubuh. Telur berdinding tipis dan telah berembrio ketika dikeluarkan.
Tetrameres americana merupakan cacing globuler pada lambung ayam. Cacing ini dijumpai pada dinding proventrikulus ayam, burung puyuh, dan burung belibis di Amerika Utara dan Afrika. Cacing jantan panjangnya 5,0-5.5 mm dan berdiameter 116-133 mikron, dengan spikulum yang panjangnya 290-312 dan 100 mikron. Cacing betina panjangnya 3,5-4,5 mm dan lebar 3 mm. Ujung anterior dan posterior menonjol sekitar 0,9 mm di luar bagian bulat tubuhnya. Telur berukuran 42-50 x 24 mikron.
Tetrameres fissispina dijumpai pada proventrikulus itik, angsa, unggas air liar, dan kadang-kadang burung-burung lain di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Utara.  Cacing jantan panjangnya 3-6 mm berdiameter 90-200 mikron, serta spikulum berturut-turut 280-490 dan 82-150 mikron. Cacing betina panjangnya 1,7-6,0 mm lebar 1,3-5,0 mm, dengan telur 48-56 x 26-30 mikron.
                       
Simptom (Gejala)
Infeksi cacing Tetrameres yang berat pada ayam akan mengakibatkan kekurusan, diare, anemia dan mungkin kematian. Investasi yang ringan tidak akan menimbulkan perubahan klinis yang berarti. Pada burung puyuh, infeksi cacing ini belum dilaporkan dapat menimbulkan keugian yang berarti. Gejala klinis lainnya yaitu terjadi pembengkakan dan penebalan dinding proventrikulus, kehilangan darah, emasiasi, dan gangguan pencernaan.

Diagnosa
Kepastian diagnosa didasarkan atas penemuan cacing dan pemeriksaan feses. Spesimen yang digunakan berupa potongan organ terutama perut kelenjar (proventrikulus) dan feses yang diperiksa di laboratorium. Adanya telur atau larva cacing Tetrameres pada feses menunjukkan hasil diagnosa yang positif.
                               
Telur cacing Tetrameres spp.                                             Tetrameres spp. pada proventrikulus

Profilaksis (Pencegahan)
Pencegahan terhadap cacing ini dapat dilakukan dengan mengusahakan agar ayam tidak berkeliaran secara bebas dan diusahakan tidak makan induk semang perantara. Selanjutnya sanitasi dan bisekuriti kandang sangat perlu di perhatikan.

Terapi
Pengobatan terhadap Tetrameres spp. bisa dengan anti nematoda, sulfanilamide, albendazol.

Daftar  Pustaka

Alfinus,Effendi.2003.Kejadian Tetrameres americana pada Ayam Kampung.
Diagnosa Veteriner. v. 1(1), hal. 18-21.

Fadilah,Roni dan Agustin Polana.2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya
Jakarta : Agromedia Pustaka: hal. 170.

Levine, D. Norman , 1994. Parasitologi Veteriner.Yogyakarta : Gadjah Mada University press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar